Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. I DERITAMU DZULJANAH . lemah langkahnya kembali ke barak tak bertuan tak berkendali dalam tapak-tapak suci perjuangan panah dan tombak penuhi tubuhnya tak terdengar suara ringkik dari mulutnya namun mata beningnya bersimbah air mata airmata duka, airmata darah tak lagi bertuan ketika sang tuan dicabik angkara tak lagi bertuan ketika sang tuan disembelih sang laknat . lembah bulusaraung 261111 ________________________________________ II SALAM PADAMU ABU FADHL AL-ABBAS . ghirbah itu masih digigitnya ketika kilatan pedang itu menyambar kembali dan tangan kanannya terputus sudah tak ada lagi pemegang kendali kuda tak berkendali kuda coklat itu melaju menerjang tanpa kendali sang tuan kilatan mata tombak itu terpancar menembus dada sang pemegang bendera rubuh menyentuh tanah tanpa histeria, takut ghirbah terlepas tak ada suara yang ada hanya air mata yang mengalir dalam pedih dalam dasarh dan air salam junjunganku ampun aku yang tak dapat membawakan air ini padamu ampunkan aku yang tak lagi mampu membelamu 1 2 3 4 5 6 Lihat Puisi Selengkapnya
Biarkanair mata kita mengalir ketika kita bertaubat Dari pada gk sempat karena telambat Biarkan air mata kita mengalir karena syukur Dari pada terus terluka dlm kufur Biarkan lah air mata kita mengalir karena rindu takut neraka Dari pada terus menjadi hamba allah yang durharka Biarkan air mata ini mengalir karena rindu surga
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ini hari, air mata kembali menemaniKatanya hanya sekedar singgah"Menghapus kelabu di mimbar lamunanmu"Air mata pernah terbaring telanjangDi sela letupan-letupan deras lelah hujanDi antara daun-daun jati yang mengering dan keritingDi setangkai bunga sepatu, lelah menunggui sepinya tikunganKisah dan air mataMenyatu dalam liukan-liukan perjalananDi pangkuan pakaian lusuh lelaki-lelaki pesuruhDi tatih langkah-langkah perempuan pemungut sampahDi sudut mata seorang ibu muda, penunggu senyum pulang suaminyaYang baru saja, tiada... arS. Lihat Puisi Selengkapnya
 .    491 387 88 314 353 484 0 486