Padadeviasi gaze akibat lesi lobus fron- tal, refleks TIK normal pada pasien relaks atau paralisa yang tidak dengan hipotensif atau hiperkarbik/hipoksik ada- lah 10 mmHg (136 mmH 2 O) atau Diperdebatkan apakah gambaran pembengkak- an otak diffusa disebabkan oleh edema atau bendungan vaskular. Walau nomor penguatan bisa diharapkan untuk
Dipublish tanggal Feb 22, 2019 Update terakhir Nov 9, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca 5 menit Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot pada bagian tubuh. Bisa bersifat lokal atau umum, hanya sebagian atau lengkap, dan berlangsung sementara atau permanen. Paralisis dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh di setiap saat dalam kehidupan manusia. Seseorang yang mengalami paralisis, maka biasanya tidak akan merasakan rasa sakit pada bagian tubuh yang terkena. Hal ini bisa menipu seseorang untuk tidak menganggapnya sebagai kondisi serius. Padahal apabila ditangani dengan segera, maka kelumpuhan bisa kembali membaik tergantung penyebab yang mendasarinya. Mengenal Gejala Paralisis Gejala kelumpuhan biasanya mudah untuk dikenali. Jika Anda mengalami paralisis, maka Anda akan kehilangan rasa di bagian tubuh tertentu. Terkadang rasa kesemutan, kebas atau mati rasa mendahului gejala paralisis. Selanjutnya, paralisis akan membuat bagian tubuh yang terkena menjadi sulit untuk digerakkan secara mandiri. Paralisis Berdasarkan Lokasi Paralisis dapat diklasifikasikan berdasarkan bagian tubuh yang terkena, apakah itu mempengaruhi hanya bagian tubuh tertentu paralisis lokal atau tubuh secara umum paralisis umum. Contoh paralisis lokal meliputi kelumpuhan wajah - yang biasanya terbatas pada satu sisi wajah, baca juga Wajah Lumpuh Sebelah kelumpuhan tangan kelumpuhan pita suara - pita suara adalah sepasang struktur berbentuk seperti pita yang terdiri dari jaringan dan otot yang berfungsi menghasilkan suara. Kelumpuhan biasanya hanya mempengaruhi satu pita suara, yang berarti bahwa seseorang masih mampu untuk berbicara, tetapi suaranya menjadi serak Contoh paralisis umum meliputi monoplegia - paralisis pada salah satu anggota tubuh hemiplegia - kelumpuhan terjadi pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh paraplegia - kelumpuhan pada kedua kaki, atau terkadang meliputi panggul dan beberapa anggota tubuh bagian bawah tetraplegia juga dikenal sebagai quadriplegia - palisis pada lengan dan kaki Paralisis Sementara dan permanen Terjadinya paralisis bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bell's Palsy merupakan penyebab yang relatif umum dari kelumpuhan sementara yang menyebabkan kelumpuhan wajah sementara. Kadang-kadang kelumpuhan yang terjadi setelah stroke juga bisa bersifat sementara. Kelumpuhan yang disebabkan oleh cedera serius, seperti leher patah, biasanya permanen. Kelumpuhan parsial atau lengkap Berdasarkan tingkat keparahannya, paralisis dapat dibagi menjadi parsial - hanya sebagian artinya masih ada beberapa fungsi otot dan sensasi; misalnya, jika seseorang masih dapat memindahkan satu kaki, atau masih merasa sensasi seperti dingin dan panas. lengkap - disebut juga paralisis total yaitu ketika fungsi otot dan sensasi di anggota badan yang terkena benar-benar hilang. Paralisis spastik atau flaksid Kelumpuhan dapat paralisis spastik - ketika otot-otot yang mengalami kelumpuhan menjadi kaku atau kejang, dan bisa muncul gerakan-gerakan yang tidak terkendali paralisis flaksid lembek - ketika otot-otot di kaki yang terkena dampak menjadi lemah dan lunglai; selanjutnya otot-otot bisa mengerut Orang dengan paralisis spastik sering mengalami kelemahan otot dengan kejang kontraksi otot tak sadar. Sedangkan orang dengan flaccid paralysis sering mengalami kelemahan otot tanpa kejang. Dalam beberapa kondisi, seperti penyakit motor neuron atau cerebral palsy, seorang pasien bisa mengalami episode kelumpuhan spastik diikuti oleh flaccid paralysis, atau sebaliknya. Bagaimana kelumpuhan didiagnosis? Diagnosis paralisis mudah untuk ditegakkan, terutama ketika Anda mengalami kehilangan fungsi otot yang jelas. Untuk bagian tubuh internal di mana kelumpuhan lebih sulit diidentifikasi, dokter mungkin menggunakan X-ray, CT scan, MRI scan, atau studi pencitraan lain. Jika Anda mengalami cedera tulang belakang, maka diperlukan pemeriksaan myelography untuk menilai kondisi saraf di tulang belakang. Dalam prosedur ini, cairan khusus akan dimasukkan ke saraf di tulang belakang. Cara ini akan membantu dokter melihat saraf dengan lebih jelas pada sinar-X. Di samping itu, terkadang diperlukan juga pemeriksaan elektromiografi. Prosedur ini dilakukan untuk mengukur aktivitas listrik pada otot. Penyebab Paralisis Kelumpuhan bisa terjadi sejak lahir akibat kelainan bawaan. Di lain pihak, paralisis berkembang kemudian akibat kecelakaan atau penyakit tertentu. Stroke merupakan salah satu contoh penyakit yang sering menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini bertanggung jawab di hampir 30 persen kasus. Sedangkan cedera tulang belakang menyumbang sekitar 23 persen kasus. Multiple sclerosis menyebabkan sekitar 17 persen kasus. Penyebab tersering paralisis adalah kanker, cedera tulang belakang, dan Multiple sclerosis Penyebab paralisis lainnya cerebral palsy. Kondisi neurologis otak dan sistem saraf yang mempengaruhi koordinasi dan gerakan anak. Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak, yang biasanya terjadi sebelum, selama atau segera setelah lahir. sindrom pasca polio. Merupakan kelumpuhan yang terjadi akibat infeksi virus polio, terutama pada anak-anak. Kondisi ini dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio. cedera otak atau cedera kepala. Benturan atau pukulan akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tersering. Cedera kepala bisa menimbulkan pendarahan otak sehingga fungsi gerak tubuh bisa terganggu sesuai daerah otak yang terkena. neurofibromatosis. merupakan kelainan genetik dimana pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-tumor pada jaringan saraf. Umumnya tumor-tumor ini bersifat jinak dan bisa muncul di berbagai bagian dari sistem saraf, seperti otak, sum-sum tulang belakang hingga saraf-saraf tepi. cacat lahir. Misalnya gangguan pembentukan tulang belakang pada kasus sipina bifida. kanker. Kanker yang berkembang di otak dapat menyebabkan kelumpuhan, biasanya pada satu sisi otak juga bisa terjadi akibat penyebaran kanker dari organ tubuh lainnya metastasis yang juga bisa menyebabkan kelumpuhan. Langkah Pengobatan Terapi atau pengobatan yang tepat akan tergantung pada penyebab kelumpuhan, serta gejala yang muncul. Misalnya, dokter mungkin merekomendasikan operasi atau mungkin amputasi terapi fisik fisioterapi pekerjaan yang berhubungan dengan terapi alat bantu mobilitas, seperti kursi roda, tongkat, atau perangkat lain obat-obatan, seperti Botox atau pelemas otot, jika Anda memiliki paralisis spastik Dalam banyak kasus, paralisis tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi tim medis Anda dapat merekomendasikan berbagai perawatan, alat, dan strategi untuk membantu mengelola gejala. Banyak orang yang mengalami kelumpuhan tidak pernah mendapatkan kembali fungsi gerak ataupun sensasi di daerah tubuh yang terkena. Meskipun begitu, dokter akan mengupayakan berbagai intervensi terapi, atau strategi lain untuk membantu meningkatkan kualitas hidup. Misalnya, kursi roda, tongkat, atau perangkat robot pada tubuh memungkinkan Anda untuk bergerak secara independen. Terapis okupasi dan profesional lainnya dapat membantu memodifikasi benda-benda seperti pakaian, rumah, mobil, dan lain-lain agar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Anda. Dokter mungkin juga merekomendasikan perubahan gaya hidup, obat-obatan, operasi, atau perawatan lainnya untuk membantu mengelola potensi komplikasi. Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut tentang diagnosis spesifik, rencana pengobatan, dan prospek jangka panjang. Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat
Salahsatu penyebab dari komputer sering hang, komputer restart sendiri dan terjadinya tampilan bluescreen adalah terdapatnya masalah / kerusakan pada hardisk komputer.Kerusakan pada hardisk ini diantaranya disebabkan karena sering dimatikannya komputer tanpa perintah shutdown dan karena gangguan pada aliran listrik seperti matinya
JAKARTA, - Sama dengan hewan peliharaan lainnya, burung juga rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, bahkan penyakit serius. Untuk itu, penting bagi pemilik burung selalu waspada terhadap tanda-tanda burung peliharaan menjadi sakit. Bahkan gejala yang paling halus pun bisa menjadi "tanda bahaya" bahwa burung membutuhkan perawatan dokter hewan secara langsung. Melansir dari The Spruce Pets, Senin 16/11/2021, berikut sejumlah masalah kesehatan serius yang dialami burung peliharaan dan perawatan yang perlu dijalani. Baca juga Tips Menambah Berat Badan Burung Peliharaan Flu burung Beberapa tahun lalu, kasus flu burung menjadi berita di seluruh dunia dan penyakit ini dapat terus dialami burung. Pemilik burung peliharaan harus tahu bahwa flu burung dapat menyerang burung dari spesies apa pun. Artinya, burung beo dan burung peliharaan lainnya berisiko tertular jika terpapar. Meski risiko terpapar hewan peliharaan di penangkaran dianggap minimal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk lebih melindungi hewan terbang ini dari patogen mematikan tersebut. Baca juga 5 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memelihara Burung Parasit dapat menyerang hewan apa pun, termasuk burung dan manusia. Penting untuk memantau burung peliharaan untuk mengetahui tanda-tanda infestasi parasit internal atau eksternal karena anak-anak, hewan peliharaan lain, dan anggota keluarga lainnya juga dapat tertular jika terpapar. Parasit tertentu dapat mematikan burung peliharaan jika tidak segera diobati. Jadi, pelajari sebanyak mungkin tentang tanda, gejala, dan risiko paparannya sangat penting untuk melindungi burung peliharaaan dan keluarga Anda. Baca juga 8 Jenis Burung yang Cocok Dipelihara di Apartemen Penyakit paruh dan bulu psittacine Unsplash/Bianca Ackermann Ilustrasi burung Budgie ParkitSalah satu masalah kesehatan yang menakutkan bagi pemilik burung adalah penyakit paruh dan bulu Psittacine, yang juga dikenal sebagai "PBFD".Ini adalah virus mematikan yang menyebabkan pertumbuhan paruh dan bulu yang tidak normal, lesi, dan berbagai masalah lainnya. Baca juga 5 Alasan Sebaiknya Tidak Memelihara Burung Hantu PBFD dapat mempengaruhi semua spesies burung beo dan saat ini tidak ada pengobatan atau penyembuhan yang diketahui. Lebih buruk lagi, PBFD sangat menular dan dapat dengan cepat menyebar ke seluruh kawanan burung yang dipelihara dalam jarak dekat. Penting untuk mengetahui tanda-tanda PBFD guna mencegah penyebaran penyakit mematikan ini ke burung lainnya. Baca juga Catat, Begini Cara Mengajari Burung Peliharaan Berbicara Pengikatan telur Mereka yang memelihara burung jantan dapat bernapas lega karena penyakit pengikatan telur hanya dapat mempengaruhi burung betina dalam usia kawin. Pengikatan telur merupakan masalah yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian pada unggas atau burung yang terjangkit jika tidak segera ditangani dokter hewan berpengalaman sehingga penting bagi pemilik burung betina untuk mengetahui tanda dan gejala dari masalah kesehatan ini guna menyelamatkan burung peliharaan. Baca juga 5 Ras Burung Peliharaan yang Memiliki Kemampuan Berbicara Stres Hampir setiap orang dewasa yang hidup tahu apa itu stres, tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa stres juga dapat mempengaruhi burung beo dan burung peliharaan lainnya. Sama dengan manusia, stres dapat menyebabkan penurunan respons kekebalan tubuh dan membuat burung lebih rentan terhadap penyakit. Meski tidak kentara, ada beberapa tanda berbeda yang dapat diperhatikan pemilik burung sehingga mereka dapat mengidentifikasi stres pada burung dan mencegah timbulnya masalah yang lebih serius. Penting untuk mempelajari tentang apa yang dapat menyebabkan stres pada burung dan apa yang dapat dilakukan untuk membalikkan kondisi burung. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
BABI. PENDAHULUAN . Tujuan: Referat ini dibuat terutama guna memenuhi salah satu tugas selama menjalani tugas kepaniteraan di bagian sub unit ilmu kedokteran kehakiman.. Latar Belakang:. Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian Naskah ini pernah dipresentasikan pada Pendidikan dan Latihan Pengamat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota se Jawa Timur tahun 2011 di Bojonegoro, menjelaskan penyakit-penyakit yang bersifat zoonosis pada ternak. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Penyakit Zoonosis Pada Ternak Nusdianto Triakoso Pendidikan dan Latihan Pengamat Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011 Zoonosis, infeksi yang dapat ditularkan dibawah kondisi alamiah antara hewan vertebrata dan manusia Anthrax Anthrax merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang pada semua hewan berdarah panas. Penyakit ini juga bersifat zoonosis. Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan hidup di dalam tanah selama bertahun-tahun. Di Indonesia pernah dilaporkan kasus anthrax hampir di seluruh Nusa Tenggara termasuk Bali. Jawa dan Madura juga pernah dilaporkan pada daerah Jakarta, Purwakarta, Bogor, Periangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Surakarta, Banyumas, Boyolali, Sragen, Madiun dan Bojonegoro. Selain itu juga Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukittinggi, Sibolga dan Medan serta Sulawesi seperti daerah Sulawesi Selatan, Menado, Donggala dan Palu. Gejala Pada kejadian akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang disertai adanya perdarahan yang keluar melalui lubang hidung dan anus. Gejala umum adalah pembengkakan daerah leher, dada, lambung dan alat kelamin luar. Gejala lain adalah panas tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan, lemah dan kematian cepat. Di daerah enzootik, apabila hewan mati tanpa gejala harus dicurigai terhadap anthrax dan tidak boleh dilakukan bedah bangkai. Preparat ulas darah dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang hidung atau anus untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada manusia ditemukan 3 bentuk serangan yaitu atraks kutaneus, antraks inhalasi dan intestinal. Pada antraks kutaneus ditemukan tukak terlokalisir dan keropeng disertai demam dan sakit kepala dalam beberapa hari yang disebabkan septikemia dan meningitis. Pada antraks inhalasi ditemukan penumonia fulminans dan bentuk intestinal terjadi gastroenteritis akut dengan diare yang berdarah. Masa inkubasi pada manusia, perkutaneus 3-10 hari, inhalasi 1-5 hari dan intestinal 2-5 hari. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada penderita dapat diberikan suntikan antiserum dengan dosis kuratif 100-150 ml, penyuntikan antibiotika, atau kemoterapi. Semua karkas dari hewan yang mati karena anthrax atau yang dicurigai anthrax harus dikubur sedalam 2 meter dilapisi penutup gamping kapur dan daerah tersebut dipagar. Semua material terinfeksi harus dibakar dan semua hewan rentan dijauhkan dari daerah terinfeksi. Laporkan pada dokter hewan berwenang, dinas peternakan atau dinas terkait. Pada manusia pengobatan menggunakan penisilin. Vaksinasi disarankan pada pekerja yang berisiko. Pada manusia sebaiknya menghindari kontak dengan binatang yang terinfeksi dan produknya. Obati luka secepatnya dan berikan desinfektan pada wool atau rambut import. Isolasi pasien yang terinfeksi dengan bersama-sama melakukan desinfeksi. Botulismus Penyakit ini disebut juga Lamziekte atau Limberneck. Penyakit ini meluas di seluruh dunia disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum. C. botulinum adalah bakteri yang hidup di tanah dan bebas oksigen anaerob serta dapat menghasilkan toksin. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga tahan bertahun-tahun di dalam tanah. Masa inkubasi pada hewan dan manusia 6 jam hingga beberapa hari, biasanya 12-36 jam. Gejala Toksin menyerang syaraf, hewan menjadi sempoyongan, kesulitan menelan, hipersalivasi, mata terbelalak. Hewan mengalami kelumpuhan pada lidah, bibir, tenggorokan dan kaki serta kelemahan umum. Hewan ambruk, kesulitan bernafas dan hewan akan mati dalam 1-4 hari. Kadang penyakit berjalan kronis, gejala berlangsung beberapa minggu. Pada domba atau kambing mungkin berjalan berkeliling dengan kepala di satu sisi miring. Gejala ini bisa dikelirukan dengan rabies. Pada manusia, tanda intoksikasi berupa mual, muntah, nyeri perut, diikuti gejala syaraf ptosis, pandangan buram, paresis, dan paralisis kegagalan pernafasan dapat mengakibatkan kematian dalam beberajam hingga hari. Gejala klinik yang khas adalah paralisi fkesid yang turun dari atas ke bawah. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan tidak efektif, namun dapat diberikan antiserum. Obat oleum olifarum dapat mencegah terserapnya toksin lebih lanjut. Pengobatan lain dapat diberikan hanya simptomatis dan supportif. Pengendalian dan pencegahan terdiri atas pemusnahan karkas, pemberian air bersih, pengobatan pada setiap kekurangan mineral dan dengan vaksinasi. Pada manusia, pemberian antitoksin polivalen sedini mungkin dalam 1-2 hari setelah menelan dapat memperbaiki prognosis, tetapi risiko terhadap rekasi hipersensitifitas yang berat terhadap serum kuda juga tinggi. Memberikan bantuan pernafasan intensif. Filariasis Penyakit ini disebut juga Fiariosis atau Brugiasis. Infeksi cacing gelang melalui gigitan nyamuk. Agen penyebab yang utama adalah Wuchereeriosa bancrofti namun tidak bersifat zoonotik. Brugei malay bersifat zoonotik dan Dirofilaira immitis juga bersifat zoonotik. Bentuk zoonotik Brugei malay terjadi di Malysia dan Philipina. Penyebab D. immitis banyak terjadi di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa, tetapi kejadian pada manusia hanya dilaporkan di Amerika Serikat, sebagian kecil Kanada dan Australia. Masa inkubasi oenyakit ini adalah 3-15 bulan pada manusia sedangkan pada hewan bervariasi samapai beberapa bulan. Gejala Pada hewan D. immitis bisa dijumpai mengumpul di bilik jantung kanan dan arteri pulmonalis. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala namun infeksi berat dan menahun menyebabkan jantung tidak bekerja dengan semestinya disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia terjadi demam berulang, limfadenopati, linfangiektasia dan abses. Pembesaran mencolok dari anggota gerak tubuh elefentiasis dan jarang terjadi hidrokel yang berkembang setelah bertahun-tahun. Pada manusia disertai eosinofilia dengan lesi utama limfangitis dan limfadenitis, yang mengakibatkan obstruksi limfatik dan limfa edema masif yang diikuti fibrosis elefentiasis terutama pada kaki. Telah dilaporkan juga terjadi nodul pulmonal. Pada manusia pognosis bervariasi tetapi pada elefentiasis tidak mudah reversibel. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada manusia bisa menggunakan dietilkarbamazin, tetapi dapat mencetuskan reaksi alergi yang dapat diatasi dengan antihistamin. Brucellosis Penyakit ini disebut juga keluron menular atau Bang disease. Penyakit ini sangat menular dan bersifat zoonosis. Penyebab pada sapi adalah Brucella abortus, sedangkan pada kambing, domba disebabkan Brucella melintesis dan babi disebabkan Brucella suis. Keguguran terjadi biasanya pada trimester ketiga atau sekitar 7 bulan. Cairan kelahiran, pedet yang mati atau plasenta menjadi sumber penularan. Gejala Abortus pada fetus antara 5-8 bulan kebuntingan. Sebagai hasilnya selaput plasenta tertinggal lama retensi dan menyebabkan steril pada sapi. Bila sapi menderita keguguran pada periode tersebut harus dicurigai menderita Brucellosis, sampel darah serum perlu diambil untuk peneguhan diagnosa. Pada manusia terjadi demam berfluktuasi, malaise, lemah, lelah, kaku, keringat malam hari, sakit kepala, sakit punggung, sakit persendian, kehilangan berat badan, dan gejala sistemik lain. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa, osteomielitis dan endokarditis. Gejala lain depresi dapat disalahartikan sebagai neurosis dan dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun dan sering berulang.. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Reaktor atau sapi penderita harus di-stamping out, karena menjadi sumber penularan. Semua bagian kelahiran pedet yang mati, plasenta, cairan, dll harus dibakar agar tidak menjadi sumber penularan. Waspadai juga pejantan yang baru masuk dalam kelompok karena bisa juga menjadi sumber penularan. Pada manusia bisa diberi antibiotika, terutama tetrasiklin, streptomisin, trimetoprim dan sulfametoksasol. Kontrol hewan yang bsai menjadi sumber penularan. Panasi/masak susu sebelum diminum. Higienis perorangan ataupun laboraotium penting untuk dilakukan. Tuberkulosis Penyakit yang dikenal dengan sebutan TBC ini merupakan penyakit menular dan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bersifat zoonosis. Kejadian di Indonesia belum banyak dilaporkan, namun pernah dilaporkan di Ngawi pada tahun 1988. Gejala Pada sapi tidak ada gejala spesifik tahap stadium awal. Bila penyakit melanjut sapi akan menunjukkan batuk menetap, tidak nafsu makan dan kondisi badan sangat menurun disertai pembengkakan kelenjar limfe. Pengerasan ambing karena adanya jaringan ikat sering ditemukan. Pada saat itu kuman dapat terlihat dalam sekreta dan eksreta. Diagnosa dilakukan dengan uji tuberkulin. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan dilakukan dengan pemberian INH atau Streptomycine, namun seringkali tidak memberikan hasil yang efektif. Penderita yang kurus, dieuthanasia dan dibakar. Hewan yang diduga menderita disingkirkan dan dilakukan pemeriksaan diagnostik. Untuk menghindari penularan dari manusia maka pekerja di RPH dan peternakan sapi perah harus bebas menderita TBC. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi BCG. Leptospirosis Penyakit ini disebut juga penyakit Weil, haemorrhagic jaundice L. ichterohemaorrhagiae, demam kanikola L. canicola, demam pekerja pabrik susu L. hardjo Leptospirosis adalah penyakit menular yang bersifat zoonosis. Penyebabnya adalah bakteri Leptospira sp. Agen penyebab ini diketahui lebih dari 170serotipe. Penyakit ini tersebar melalui kontak langsung dengan urine atau dapat juga dari air dan makan yang tercemar urine. Masa inkubasi pada hewan 1-2 minggu, pada manusia 3-20 hari. Reservoir penting, L canicola adalah anjing, adalah sapi dan L ichterihaemorrhagiae adalah tikus. Gejala Demam tinggi, abortus atau keluron, di dalam susu ditemukan adanya darah. Urine berubah warna menjadi merah atau coklat. Hewan mengalami jaundice atau ikhterus atau kekuningan tampak pada selaput mukosa konjungtiva dan mulut. Penyakit ini hanya bisa didiagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Sampel yang diperlukan adalah darah atau serum atau urine segar serta spesimen ginjal atau jaringan hati dalam formalin 10%. Banyak gejala yang timbul pada manusiabersamaa dengan demam, yaitu muntah, sakit kepala, ikterus, anemia, nyri otot, anemia hemolitik, meningitis, pneumonitis, dan nefritis. Penyakit Weil ditandai adanya ikterus atau Jaundice dan gagal ginjal setelah beberapa hari. Serangan L. Hardjo menyebabkan penyakit serupa dengan influenza selama beberapa hari. Pda manusaia ditemukan hepatomegali dengan degenerasi hati dan nefritis. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pemberian antibiotika dapat membunuh bakteri penyebabnya, biasanya diberikam Streptomisin. Tikus, anjing dan sapi menjadi hewan perantara yang penting dalam penyebaran penyakit ini berdasarkan kuman penyebab. Pemberantasan tikus menjadi hal yang penting dalam pengendalian penyakit ini. Pada manusia biasanya sembuh total tetapi angka kematian penyakit Weil mencapai 20 persen. Berikan antibiotika berspektrum luas, terutama Penisilin dan Streptomisin. Ada indikasi untuk melakukan tindakan supportif termasuk dialisa ginjal. Actinobacillosis Penyakit ini disebut juga wooden tongue atau lidah papan. Penyebabnya adalah Actinobacillus ligniereii, suatu jamur fungi. Gejala Ditemukan benjolan membesar di bagian rahang bawah. Kadangkala serangan juga terjadi pada lidah, sehingga lidah menjadi keras dan kaku, sehingga muncul sebutan penyakit lidah papan. Penyakit ini juga menyebabkan perubahan pada tulang rahang sehingga tampak mengeras karena terjadi proses perubahan anatomi jaringan. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Penyakit ini dapat diobati menggunakan. Atau bahkan tidak bisa diobati sama sekali sehingga pilihannya adalah potong paksa. Ringworm Disebut juga Dermatophytosis atau Tinea. Penyebabnya adalah Trichophyton sp., Microsporum sp. dan Epidermophyton sp. Namun seringkali yang menjadi penyebab utama pada ternak adalah Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini bersifat zoonosis. Spora ringworm sangat tahan lama dalam kandang dan bebas di tempat-tempat hewan. Penularan ringworm melalui kontak. Gejala Dimulai dengan bercak merah, eksudasi dan rambut patah atau rontok. Perkembangan selanjutnya bervariasi bersisik, berupa benjolan kecil atau erupsi kulit atau berbentuk seperti tumor yang dikenal sebagai kerion. Bentuk lesi yang spesifik seperti cincin. Bila keropeng diangkat dapat terjadi perdarahan. Pada hewan umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, bahu dada atau punggung. Diagnosa bisa dibantu dengan Wood lamp, meskipun tidak semua penyebab menimbulkan pendaran warna fluorescence. Pengobatan, pencegahan dan penanggulangan Pertama kerak atau keropeng tebal diambil dengan sikat, sabun dan air. Pemberian pengobatan dengan iodium tinctur setiap hari dan gliserin dalam jumlah campuran yang sama. Untuk sapi dapat juga diberikan Na-kaprilat 20% disemprotkan pada area terinfeksi. Pada kuda dapat diberikan Na-trichloromethyl-thiotetrahydrophthalamide. Bisa juga diberikan asam borak 2-5% atau Kalium permanganat 15000. Obat lain dapat diberikan asam benzoat 6%. Selain itu tentu dapat menggunakan Griseofulvin dengan hasil yang memuaskan, namun cukup mahal. Pencegahan bergantung dengan pemisahan dan pengobatan penderita. Hindari kondisi penuh sesak dan berdesakan. Bila mungkin berikan tambahan vitamin A dan D. Penyakit Mulut dan Kuku Disebut juga Aphtae epizooticae AE atau Foot and Mouth Disease FMD. Penyakit ini yang sangat menular pada hewan yang berkuku genap. Penyebabnya adalah virus Aphtae. Ada beberapa tipe dan subtipe virus yang berbeda. Tipe virus PMK di Indonesia adalah tipe O dengan subtipe O11. Di Indonesia pertama kali ditemukan di Malang 1887. Kemudian meluas ke Bangil, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember, Bondowoso, Besuki dan Banyuwangi. Setelah itu terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia, kecuali beberapa daerah seperti NTT, NTB, Maluku dan Papua. Indonesia dinyatakan bebas dari PMK pada tahun 1988. Gejala Suhu tinggi demam, tidak nafsu makan, bulu kusam, bagian dalam mulut mengalami radang. Ditemukan lepuh pada gusi, lidah atau pangkal lidah. Lepuh tersebut segera pecah dan menjadi ulser, sehingga hewan merasa sakit untuk mengunyah, menelan dan air liur tampak menetes. Lepuh juga ditemui di sekitar kuku dan sekitar batas kuku atas dan mengakibatkan kepincangan. Teracak lepas. Lepuh dan ulser juga bisa terjadi pada ambing dan puting. Peneguhan diagnosa harus dilakukan sesegera mungkin berkaitan dengan kepentingan pengendalian penyakit. Spesimen lepuh kaki dan mulut harus diambil dan kulit lepuh yang utuh merupakan spesimen terbaik. Kirimkan dalam buffer gliserin 50%. Pada manusia, masa inkubasi tidak tentu. Penyakit hamoir selalu bersifat subklinik, tetapi virus dapat bertahan di faring dan tonsil sampai 2 minggu. Mungkin terdapat demam dengan vesikel pada bibir, mulut, kaki dan tangan untuk beberapa hari. Penyakit ringan dapat sembuh dengan sendirinya dan kesembuhan sempurna terjadi dalam 2 minggu. Pengendalian dan Pencegahan Tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Penyakit ini adalah penyakit strategis. Bila menemukan gejala tersebut dan dicurigai adalah penyakit PMK maka segera laporkan pada dokter hewan berwenang atau dinas peternakan. Rabies Penyakit ini bersifat fatal yang menyerang sistem syaraf. Penyakit ini dapat terjadi pada semua hewan berdarah panas termasuk ternak dan bersifat zoonosis. Penularan melalui gigitan hewan karnivora anjing, kucing, kelelawar, kalong, anjing hutan atau penderita yang lain. Di Indonesia penyakit ini diketahui masih terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara. Tahun 2002 di Jawa Barat dinyatakan positif rabies pada anjing liar. Tahun 2009, di Bali didiagnosa positif rabies pada anjing liar. Gejala Masa inkubasi 3-8 minggu, tergantung dari lokasi gigitan dengan otak. Semakin dekat jarak ke otak akan semakin cepat gejala muncul. Gejala bervariasi. Gejala pertama adalah perubahan perilaku hewan. Hewan menjadi gelisah, agresif, tidak mengenali pemilik atau hewan lain dan menggigit apa saja. Kemudian hewan masuk pada tahap tipe dungu dan paralisa. Kerongkongan menjadi lumpuh sehingga tidak bisa menelan, hipersalivasi, kelumpuhan anggota gerak. Bila terjadi pada otot-otot pernafasan maka akan kesulitan bernafas dan menyebabkan kematian. Pengobatan, pengendalian, pencegahan Tidak ada obat yang efektif pada penyakit ini, selain vaksinasi sebagai tindakan pencegahan. Orf Penyakit ini disebut juga Contagious Pustular Dermatitis, Contagious Echtyma, Sore Mouth, Scabby Mouth, Infectious Labial Dermatitis. Penyakit sangat menular dan disebabkan oleh virus parapox, sub-gup virus cacar. Penularan melalui kontak dari bahan cairan Di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1931. Pernah juga dilaporkan terjadi Yogyakarta, Kudus, Banyumas, Pasaman, Karangasem, Negara, Medan dan Kalimanatan Selatan. Gejala Masa inkubasi sekitar 2 hari, pada manusia 3-6 hari. Hewan tampak adanya radang pada sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, medial kaki, ambing pada yang sedang menyusui dan tempat-tempat yang jarang ditumbuhi rambut. Keradangan kemudian menjadi eritema, lepuh-lepuh yang mengeluarkan cairan dan membentuk kerak yang mengelupas setelah 1-2 minggu kemudian. Pada mukosa mulut tidak terjadi pengerakan. Bila serangan terjadi hebat maka tampak seperti bunga kol. Pada hewan muda, kondisi tersebut sangat menggangu bahkan terjadi kematian. Infeksi sekunder memperparah kondisi tersebut. Bila tidak ada infeksi sekunder umumnya membaik dalam 4 minggu. Pada manusia, biasanya terdapat lesi primer tunggal yang nyeri dan berwarna merah di tangan atau lengan depan yang berlangsung selama 3-6 minggu. Lesi berkembang dari satu makula ke papula dan akhirnya menjadi pustula. Bagian tengah pustula tenggelam dan terdapat tetesan cairan. Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Hewan penderita dapat diberikan antibiotika spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder. Kulit penderita dapat juga diobati secara topikal menggunakan antibiotika atau iodium tinctur. Pada daerah enzootik dapat dilakukan autovaksin. Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit penderita, dibuat tepung halus dan disuspensi menjadi 1% dalam 50% gliserin. Daerah yang terjangkit dapat dilakukan vaksinasi masal. Pada daerah yang belum pernah dijangkiti tidak dianjurkan dilakukan vaksinasi. Pada manusia, memberikan antibiotika sseebagai pencegahan infeksi sekunder. Pencegahan cuci tangan setelah kontak dengan hewan. Babesiosis Penyakit ini disebut juga Redwater disease, Texas fever, piroplasmosis atau demam caplak. Penyebab penyakit ini adalah Babesia bigemina atau Babesia bovis yang merupakan parasit darah. Penyakit ini disebarkan oleh caplak Boophilus sp. Serangan Babesia bigemia dapat menimbulkan kematian 80-90% pada ternak dewasa bila tidak dilakukan pengobatan. Gejala Temperatur sangat tinggi, kadang lebih dari 41 oC. Dalam waktu 8-17 hari setelah gigitan caplak. Hewan enggan makan, lesu, selaput lendir pucat dan akhirnya menjadi kuning ikhterus. Pernafasan cepat, denyut jantung sangat kuat dan cepat. Hewan kadang menunjukkan gejala syaraf yaitu kejang-kejang atau paralisis yang kadang juga dikelirukan dengan rabies. Urine akan berwarna merah sehingga dikenal dengan sebutan red water disease. Setelah 2-3 hari bila hewan tidak diobati dapat mengalami kematian. Namun kadang penyakit berjalan kronis dengan kelainan pencernaan, kolik dan diare dan akhirnya mati. Pada manusia gejala berupa demam, anemia hemolitik, ikterus, hmoglobinuriadan gagal ginjal. Gejala-gejala lebih berat dan menyebabkan meninggal bila psaien mengalami splenektomi dan gangguan kekebalan. Peneguhan diagnosa dengan membuat preparat ulas darah dan diperiksa di mikroskop. Jika dicurigai rabies, otak dapat dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Penyakit ini dapat diberikan Imidocarb 4,6% 1 mg/kgBB, Pirevan atau Phenamidine 40% 10 mg/kgBB. Obat disuntikan secara subkutan dengan jumlah diperkirakan sesuai berat badan. Tetracycline 11 mg/kgBB juga memberikan hasil yang baik. Pada manusia dianjurkan menggunakan klindamisin dengan kuinin. Pengganti darah melalui transfusi mungkin diperlukan bagi pasien tanpa limpa. Pemusnahan caplak penting dalam upaya pengendalian penyakit. Hewan yang sembuh dari penyakit ini mempunyai kekebalan yang kuat. Ini merupakan preimunity terhadap penyakit ini dan bertahan hingga 4 tahun. Hewan yang baru sembuh dapat diberikan makanan tambahan dalam beberapa minggu. Fasciolasis Disebut juga distomatosis. Penyakit ini disebabkan oleh Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica, suatu parasit yang tinggal dan merusak hati atau liver. Penyakit ini bisa menyerang pada sapi, kerbau atau ruminansia kecil. Gejala Ada dua bentuk serangan cacing hati ini yaitu akut dan kronis. Pada serangan akut, maka akan terjadi perdarahan dari hidung dan anus, hewan mati mendadak tanpa gejala. Pada serangan kronis, hewan umumnya mengalami konstipasi atau mencret. Hewan kurus dengan cepat, lemah dan anemia. Hewan mungkin menunjukkan edema di bawah kulit terutama di bawah rahang bottle jaw. Bulu tampak kering dan kusam. Pada manusia, berat ringan gejala bergantung jumlah cacing yang menginfeksi. Gejala bisa demam, kekauan, sakit perut, ikterus dannyeri di ulu hati. Alur peradangan di subkutan disebabkan oleh larva yang bermigrasi. Pada manusia umumnya dapat sembuh sendiri, namun sumbatan empedu yang berulang dan infeksi sekunder dapat mengakibatkan kerusakan hati yang kronik. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Ivermectin bisa digunakan untuk Fasciolasis. Bisa juga menggunakan Oxyclozanide 10 mg/kgBB untuk sapi atau 15 mg/kgBB untuk kambing domba. Pada kasus fasciolasis akut dapat menggunakan dosis 45 mg/kg BB. Albendazole yang biasa digunakan untuk Nematodosis juga mempunyai efek anti parasit ini. Untuk sapi dapat menggunakan dosis 10 mg/kgBB dan 7,5 mg/kgBB untuk kambing domba. Bisa juga menggunakan Nitroksinil melalji injeksi subkutan. Pada manusia, dapat diberikan praziquantel. Siput air merupakan inang perantara. Pemberantasan siput air merupakan bagian penting dalam pengendalian dan pencegahan penyakit ini dalam memutus siklus hidup Fasciola sp. Toxoplasmosis Toksoplamosis adalah infeksi yang disebabkan parasit Toksoplasma gondii. Terdapat hampir diseluruh dunia terutama daerah tropis. Infeksi kongenital pada manusia dapat menyebabkan lesi otak yang serius. Kucing menjadi reservoir penting karena bersifat induk semang definitif. Kucing bisa terinfeksi toksoplasma dari daging mentah atau burung atau tikus yang mengandung toksoplasma. Manusia mungkinterinfeksi karena memakan daging mentah atau daging yang tidak dimasak dengan baik yang tercemar/mengandung toksoplasma. Termasuk juga sayur mentah yang tidak dicuci dengan baik. Gejala Biasanya tidak ada tanda infeksi yang khas. Pada domba dapat terjadi abortus pada kahir kebuntingan. Gangguan syaraf terjadi akibat serangan pada sistem syaraf dengan gejala berputar-putar, inkoordinasi gerak, kekakuan otot serta kelelahan. Pada kucing dapat terjadi diare, hepatitis, miokarditis, miositis, pneumonia dan ensefalitis pada infeksi yang berat tetapi umumnya simptomatik. Pada manusia biasanya asimptomatik, tetapi mungkin juga terjadi demam, sakit kepala, malaise, limfadenopati dan batuk yang lamanya bervariasi dan jarang terjadi miokarditis, ensefalitis dan pneumonitis. Infeksi otak yang berat dapat terjadi dari rektivasi infeksi laten pada individu yang mengalami penurunan sistem kekebalan AIDS. Infeksi kongenital menyebabkan retinitis kronik, kerusakan otak, hidrosefali, mikrosefali, pembesaran hati dan limpa, trombositopenia, rash dan demam.. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pengobatan pada manusia bisa menggunakan anthelmintik namun hasilnya tidak bagus. Pengobatan steroid untuk mata dapat mengatasi keradangan dan edema. Laser fotokoagulasi mungkin diperlukan. Wanita hamil sebaiknya tidak menngani kotoran kucing atau bila terpaksa menggunakan sarung tangan. Selalu cuci tangan dengan baik sebelum makan. Hindari makan daging atau sumber protein yang mentah daging, telur. Cuci dengan baik sayuran mentah yang ingin dimakan. Nematodosis Penyakit ini menyebar luas dan banyak terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Disebabkan oleh cacing Ascaris vitulorum, Bunostomum sp., Oesophagustomum sp., Haemonchus sp., Trichostrongylus sp., Ostertagia sp., Cooperia sp., Nematodirus sp. Penularan terjadi bila telur-telur infekstif atau larva cacing tertelan atau dapat juga melalui kolostrum. Dapat juga larva cacing infektif menembus kulit. Gejala Hewan menunjukkan bottle jaw yang merupakan edema di bawah rahang. Hewan lesu, bulu rambut kasar, anemis, diare, kurus. Gejala anemia, hidremia dapat dikelirukan dengan penyakit lain seperti gangguan nutrisi. Gejala diare juga dapat dikelirukan dengan serangan coccidiosis dan penyakit bakteri yang lain. Diagnosis ditegakkan dengan uji native atau apung dari sample feses. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Untuk mengatasi nematodosis dapat menggunakan Levamisol, Fenbendazole atau Albendazole. Dapat juga menggunakan Ivermectin. Dosis Levamisol adalah 7,5 mg/kgBB untuk ruminansia, sedangkan Ivermectin menggunakn dosis 200 µg/kg secara subkutan. Pemisahan ternak muda dan dewasa membantu dalam mencegah penyebaran helminthiasis. Hindari kepadatan yang berlebihan karena meningkatkan risiko terjadinya infestasi parasit. Hindari juga mengambil rumput atau menggembalakan pada pagi hari, karena umumnya larva larva cacing akan berada di ujung rumput pada pagi hari. Kudisan Suatu keradangan pada kulit yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes sp., Psoroptes sp. dan Demodex sp. Pada sapi dapat disebabkan Sarcoptes ataupun Demodex. Pada domba umumnya disebabkan Psoroptes yang dikenal sebagai penyakit Sheep scab. Gejala Lesi biasanya bermula dari daerah wajah dan leher kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Bagian yang terinfeksi mengalami kerontokan dan terbentuk keropeng. Kulit menjadi kasar, tebal dan berbentuk lipatan-lipatan yang keras. Rambut rontok dan hewan menderita karena iritasi dan gatal. Hewan biasanya akan enggan makan karena rasa gatal yang diderita. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Dahulu penyakit ini sangat sulit diatasi. Saat ini dapat digunakan antiparasit seperti ivermectin yang cukup efektif mengatasi penyakit ini. Bisa juga dikombinasi dengan acarisida seperti amitraz sebagai obat topikal dipping. Selain itu dapat diberikan gammexane lindane, limesulphure 2%, coumaphos 0,3% atau toxaphene 0,5% sebagai dipping. Sebelum digunakan maka area yang terinfeksi dicukur dan digosok dengan sabun dan air. Selanjutnya bahan digosokkan pada area yang terinfeksi. Pengulangan dilakukan setiap seminggu sampai terlihat proses kesembuhan. Sistiserkosis dan Taeniasis Penyakit ini berhubungan dengan larva cacing Taenia solium dan Taenia saginata. Penyebab penting pada manusia adalah Taenia sagiata dan T. solium. Pada sapi adalah Cysticercus bovis dan pada babi dan manusia dalah Cysticercus cellulosa. Reservoir penting adalah babi sebagai induk semang cacing tersebut. Masa inkubasi pada manusia terserang sistiserkosis adalah 10-12 hari, taenisiasi 8-14 hari. Gejala Pada hewan biasanya subklinis tetapi gejala sakit pada otot dapat timbul bila terinfeksi cacing yang berat. Dapat juga muncul gejala neurologis. Pada manusia, cacing pita dapat menyebabkan gejala perut yang tidak spesifik meliputi anoreksia, penurunan berat badan. Infeksi larva menimbulkan gejala yang diakibatkan oleh migrasi larva ke seluruh jaringan seperti demam, sakit otot, kehilangan pandangan, epilepsi dan gejal neurologi lain. Infeksi kista dan cacing pita biasanya ringan, tetapiinfeksi C. cellulosa pada manusia dapat menyebabkan lesi otak serius dan bahkan fatal. Pengobatan, pengendalian dan pencegahan Pada manusia dapat diberikan Niklosomid, praziquantel. Pembedahan kadang diperlukan untuk sistiserkosis. Hindari makan daging sapi atau babi ang mentah atau tidak dimasak dengan baik. Pemeriksaan daging yang baik di RPH. Sanitasi lingkungan yang baik. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication. PenyakitLyme adalah infeksi ganas yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan kelumpuhan, ensefalitis dan meningitis. Kondisi ini disebabkan oleh gigitan kutu yang biasanya hidup pada hewan seperti tikus, burung dan rusa. Gigitan kutu disertai ruam merah kecil di kulit dan tidak sakit sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Skip to content Beranda / Penyakit A-Z / Zoonosis Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll Zoonosis Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll Zoonosis adalah istilah untuk semua infeksi pada manusia yang disebabkan oleh hewan atau serangga. Ketahui apa itu penyakit zoonosis, gejala, penyebab, cara mengatasi, dan Itu Zoonosis? Zoonosis adalah adalah payung istilah untuk semua infeksi dan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyebab penyakit ini adalah paparan kuman, virus, bakteri, dan jamur berbahaya dari hewan ke hewan, yang lalu menyebar dari hewan ke manusia baik akibat kontak langsung, paparan air liur, atau kotoran hewan. Zoonosis atau zoonotic disease bisa menyebabkan gejala ringan, sangat parah, atau bahkan berujung kematian. Sebagian besar jenis hewan dan serangga bisa menyebabkan penyakit zoonotic, bahkan hewan yang terlihat bersih dan sehat pun bisa membawa patogen berbahaya yang membuat orang sakit. Berdasarkan data dari Center of Disease Control and Prevention, 6 dari setiap 10 penyakit menular pada manusia disebabkan oleh hewan. Serta 3 dari setiap 4 penyakit menular baru pada manusia juga disebabkan oleh paparan patogen dari hewan. Faktanya, banyak penyakit serius pada manusia yang berasal dari paparan hewan. Salah satunya adalah HIV yang awalnya dinyatakan sebagai jenis zoonotic disease, namun kemudian bermutasi menjadi jenis penyakit yang hanya ditularkan dari manusia ke manusia. Zoonotic disease juga menyebabkan infeksi atau wabah berulang seperti infeksi Ebola dan Salmonellosis. Infeksi COVID-19 juga diduga berasal dari zoonotic disease. Gejala Zoonosis Setiap jenis penyakit zoonosis memiliki gejala berbeda pada manusia. Gejalanya juga bervariasi tergantung beberapa indikator, termasuk Jenis hewan yang memaparkan infeksi atau penyakit. Patogen apa yang menyebabkan infeksi. Apakah jamur, bakteri, atau virus? Area tubuh atau organ yang terpapar patogen tersebut. Sebagai contoh, penyakit manusia yang disebabkan oleh unggas menyebabkan gejala sebagai berikut Demam Flu biasa Sakit kepala Diare Gangguan pernapasan Masalah sistem kekebalan tubuh Gejalanya mungkin ringan atau berat, atau mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Setiap orang juga mungkin bereaksi berbeda saat tubuhnya terserang patogen dari hewan apa pun, termasuk unggas dan serangga. Kapan Harus ke Dokter? Segera hubungi dokter bila Anda merasa sakit atau memiliki gejala mengkhawatirkan yang mengganggu performa Anda sehari-hari. Terutama bila Anda memiliki kontak langsung dengan hewan, sehari-hari memang bekerja di peternakan, atau berada di tempat paparan infeksi dari hewan rentan terjadi. Bentuk zoonotic disease juga bervariasi, penularannya tidak selalu dari hewan yang terlihat jelas. Misalnya, infeksi nyamuk demam berdarah, infeksi malaria, atau infeksi dari gigitan serangga lainnya. Jadi, hubungi dokter bila jenis infeksi tersebut mulai menunjukkan gejala yang membahayakan. Penyebab Zoonosis Berdasarkan CDC, penyebaran dan penularan zoonotic disease bisa berasal dari berbagai cara, termasuk 1. Kontak Langsung Bila Anda melakukan kontak langsung dengan hewan seperti merawat, memelihara, atau menyentuh hewan, Anda rentan terkena salah satu jenis penyakit zoonosis. Gigitan, cakaran, urine, lendir, air liur, kotoran, atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi bisa menularkan infeksi dan penyakit tertentu pada manusia. 2. Kontak Tidak Langsung Kontak tidak langsung dengan hewan terkontaminasi yang mungkin tidak Anda sadari, seperti menyentuh permukaan yang terkontaminasi di tempat di mana hewan tinggal atau berkeliaran. Anda bisa mengalami kontak tidak langsung dari kadang binatang, habitat hewan, akuarium, makanan hewan, air, tanaman, tanah, taman, atau makanan hewan. 3. Penularan dari Makanan Foodborne Banyak infeksi yang berasal dari makanan yang terkontaminasi patogen dari hewan. Misalnya, saat Anda mengonsumsi makanan mentah termasuk daging setengah matang, telur setengah matang, sayuran mentah, atau minum susu, yogurt, dan jus buah yang tidak dipasteurisasi mentah. Makanan yang terkontaminasi bisa menyebabkan infeksi baik pada hewan dan manusia. 4. Penularan dari Minuman Waterborne Bila Anda menyentuh atau meminum air yang terkontaminasi kontak hewan atau kotoran hewan, Anda rentan mengalami salah satu zoonotic disease. Maka dari itu, pastikan minum air putih matang dan bersih. 5. Gigitan Serangga Vector-borne Jenis zoonotic disease yang disebabkan oleh gigitan serangga seperti nyamuk dan kutu. Infeksi akibat vector-borne paling umum terjadi. Transmisi penyakit zoonosis bisa terjadi di mana saja, terutama bila Anda suka melakukan aktivitas di peternakan, perkebunan, pertanian, taman, atau di alam bebas. Hewan atau serangga yang terkontaminasi bisa saja hidup bersama manusia. Faktor Risiko Zoonosis Setiap manusia memiliki risiko yang sama terkena setidaknya salah satu jenis zoonotic disease dalam hidupnya, namun penyakit ini lebih rentan terjadi pada Orang-orang yang bekerja di peternakan dan kebun binatang. Siapapun yang sering melakukan aktivitas di alam bebas. Mereka yang hobi mendaki, berkebun, dan diving. Para pecinta binatang, termasuk mereka yang memelihara berbagai jenis binatang. Orang-orang yang tinggal dekat kandang binatang. Selain itu, orang-orang dalam kelompok berikut ini lebih rentan mengalami gejala sedang hingga parah bila terkena penyakit zoonosis Anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penderita gangguan sistem kekebalan tubuh. Wanita hamil. Lansia berusia lebih dari 65 tahun. Transmisi penyakit zoonotic bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Gejalanya mungkin sangat ringan namun bisa berbahaya juga. Diagnosis Zoonosis Diagnosis penyakit zoonosis berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Umumnya, dokter akan bertanya beberapa pertanyaan terkait Gejala apa yang Anda rasakan. Tingkat keparahan gejala. Riwayat medis. Kronologi sebelum gejala penyakit muncul. Pemeriksaan fisik. Bila mencurigai adanya tanda salah satu zoonotic disease, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan prosedur medis yang berlaku. Pemeriksaan dengan CT scan mungkin diperlukan. Jenis Penyakit Zoonosis Setidaknya ada sekitar 200 jenis penyakit zoonosis yang sudah diteliti, namun jenisnya mungkin akan selalu bertambah. Penyakit baru yang akan muncul di masa depan diperkirakan juga berasal dari hewan atau zoonotic disease. Berikut ini beberapa jenis penyakit zoonosis Flu burung Flu hewan Demam Q Hepatitis E Infeksi Salmonella dan E. coli Ebola Jamur kulit ringworm Rabies Flu babi Toksokariasis Difteri zoonosis Malaria Demam berdarah Penyakit Lyme Infeksi listeria Tuberkulosis sapi Brucellosis Enzootic abortion Erysipeloid Kriptosporidiosis Giardiasis Orf infection Parrot fever Pasteurellosis Glanders Toksoplasmosis Trichinellosis Tularemia Virus West Nile Hemorrhagic colitis Cysticercosis Infeksi Campylobacter Ensefalitis dari kutu Fish tank granuloma Hydatid disease Leptospirosis Louping ill Lymphocytic choriomeningitis Rat-bite fever atau demam dari gigitan tikus Demam cakar kucing cat scratch fever Daftar jenis penyakit zoonotic masih panjang lagi. Hewan vertebrata bisa memaparkan infeksi patogen secara alami. Beberapa jenis penyakit zoonotic sudah ada vaksinnya atau bisa ditangani dengan obat yang efektif. Cara Mengatasi Zoonosis Penanganan setiap jenis zoonotic disease berbeda-beda. Dokter harus memeriksa keadaan Anda untuk menentukan perawatan dan pengobatan terbaik. Setelah digigit hewan, walaupun hewan tersebut terlihat sehat, mohon perhatikan bila ada gejala setelahnya dan segera periksa ke rumah sakit. Hewan tersebut mungkin juga harus menjalani pemeriksaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular dari hewan. Beberapa penyakit zoonotic memiliki ciri khas yang mudah Anda kenali. Apa pun gejalanya, terutama bila Anda telah melakukan kontak langsung, mohon segera cari pertolongan medis. Cara Mencegah Zoonosis Hewan terkontaminasi bisa berada di mana saja, terutama jenis serangga yang rentan membawa penyakit. Walaupun demikian, ada beberapa cara mencegah penyakit zoonotic, sebagai berikut Selalu mencuci tangan setelah menyentuh binatang atau permukaan yang pernah dilewati hewan. Bila memiliki hewan peliharaan, lakukan vaksin sesuai anjuran serta bersihkan seluruh kandangnya secara teratur. Bila Anda bekerja di peternakan, mohon gunakan pakaian pelindung dan sarung tangan. Anda juga harus sering cuci tangan dan membersihkan tubuh setelah bekerja. Cuci tangan setelah Anda menyentuh tanaman, tanah, air akuarium, atau permukaan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis binatang apa pun. Hindari gigitan nyamuk dan serangga dengan menggunakan pakaian panjang di alam bebas atau menggunakan semprotan anti serangga. Tetap jaga protokol kebersihan dan keamanan saat berkunjung ke kebun binatang, tempat penangkaran hewan, dan taman margasatwa. Jangan menggaruk luka bekas cakar atau gigitan binatang. Pada suatu waktu, kontaminasi binatang berbahaya mungkin sulit dicegah namun Anda tetap harus berhati-hati. Bila mengalami gejala penyakit yang tidak Anda ketahui atau mungkin terkait hewan yang terkontaminasi, harap hubungi dokter. CDC. 2017. Zoonotic Diseases. Diakses pada 13 Januari 2020. Wells, Diana. 2017. Zoonotic Diseases. Diakses pada 13 Januari 2020. WHO. 2017. Zoonoses. Diakses pada 13 Januari 2020. DokterSehat © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi
Malutpost, 13 februari 2015. WEB- M AI L WWW.MA LU TP OS T.C O.I D E D ITO R @MA LU TP OS T.C O . I D. terkalahkan selama 6 laga terakhir. Pada akhir pekan nanti mereka akan mengincar kemenangan
JawabanParalisa adalah suatu kelumpuhan dikarenakan gangguan pada saraf obturatoria yang pada akhirnya satu atau dua kaki belakang lumpuh dan hewan tidak bisa berdiri.
PKMdilaporkan pertama kali terjadi di Indonesia pada tahun 1887 di Malang, Jawa Timur. Penyebaran diduga berasal dari impor sapi Belanda. Hal tersebut dijelaskan dalam jurnal Penyakit Mulut dan Kuku: Penyakit Hewan Eksotik yang Harus Diwaspadai Masuknya ke Indonesia yang ditulis RM Andul Adjid. Setelah terdeteksi di Malang, PKM menyebar ke
Jakarta - Merawat hewan peliharaan memberikan keuntungan tersendiri bagi kondisi psikologis seseorang, tetapi Anda juga perlu mewaspadai risiko kesehatan yang mungkin dapat ditularkan oleh hewan peliharaan dilansir mnn, Selasa 11/9/12 ada banyak sekali risiko penyakit yang dapat ditularkan melalui gigitan atau kontak dengan kotoran hewan peliharaan, diantaranya sebagai berikut1. Penyakit Lyme Penyakit Lyme adalah infeksi ganas yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan kelumpuhan, ensefalitis dan meningitis. Kondisi ini disebabkan oleh gigitan kutu yang biasanya hidup pada hewan seperti tikus, burung dan kutu disertai ruam merah kecil di kulit dan tidak sakit sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Ruam tersebut dapat berkurang atau hilang dalam waktu 1-2 minggu dan kadang disertai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi yang Psittacosis Demam burungPsittacosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia psittaci, jenis bakteri yang ditemukan dalam kotoran burung yang menyebar ke manusia. Infeksi pada burung seringkali tidak menunjukkan manusia, gejala infeksi psittacosis termasuk batuk disertai dahak yang berdarah, batuk kering, kelelahan, demam dan menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan sesak Demam kucingPenyakit ini disebabkan oleh infeksi ringan pada luka bekas cakaran atau gigitan kucing oleh bakteri Bartonella henselae. Gejala meliputi pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nafsu makan berkurang dan Penyakit pesPenyakit pes disebabkan oleh gigitan kutu yang banyak ditemukan pada kucing, tikus rumah dan hewan pengerat lainnya. Gejala penyakit ini adalah seperti demam, anoreksia, lesu dan pembengkakan kelenjar getah Demam QDemam Q disebabkan oleh bakteri Coxiella burnetii, yaitu organisme yang ditemukan dalam urin, susu dan kotoran dari hewan yang terinfeksi, yang biasanya terjadi pada sapi, kambing, domba atau hewan peliharaan rumah tersebut sangat kuat dan tahan terhadap panas dan disinfektan yang umum, sehingga mampu bertahan hidup dalam jangka waktu lama di lingkungan. Infeksi terjadi pada manusia jika bekteri terhirup, tergigit kutu dari hewan peliharaan atau mengonsumsi produk susu yang tidak Penyakit anjing gila rabiesRabies adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan terinfeksi dari hewan. Kebanyakan kasus rabies yang dilaporkan terjadi akibat gigitan anjing, rakun, kelelawar, dan rabies menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan penyakit di otak bahkan kematian. Gejala awal rabies pada manusia mirip dengan banyak penyakit lain, termasuk demam, sakit kepala, dan kelemahan umum atau beberapa lama, gejala penyakit akan berkembang seperti insomnia, kecemasan, kebingungan, kelumpuhan ringan, eksitasi, halusinasi, agitasi, air liur berlimpah, kesulitan menelan, dan kejang. Pastikan hewan peliharaan Anda mendapatkan vaksin rabies untuk mencegah penularan virus melalui CampylobacteriosisPenyakit ini disebabkan oleh bakteri Campylobacter yang biasanya terjadi karena makan daging unggas yang masih mentah atau kurang matang atau dari kontaminasi silang dari makanan ditandai dengan diare yang akan sembuh dengan cepat, tetapi jika terjadi infeksi maka kondisi akan bertambah berat. Manusia juga dapat menderita penyakit ini jika melakukan kontak dengan tinja anjing atau kucing yang LeptospirosisLeptospirosis adalah penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan peliharaan karena kontak atau minum air yang terkontaminasi bakteri. Pada manusia, gejala penyakit Leptospirosis adalah demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri, muntah, sakit kuning, nyeri perut, diare dan tidak diobati, Leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan fungsi hati, meningitis, gangguan pernapasan dan SalmonellosisParasit Salmonella tidak hanya dapat menyerang manusia melalui kontaminasi wabah dan makan telur mentah saja, tetapi juga dapat ditularkan jika melakukan kontak dengan hewan peliharaan yang telah orang yang terinfeksi Salmonella akan mengembangkan diare, demam dan kram perut dalam waktu 12 sampai 72 jam setelah infeksi. Hewan yang menularkan penyakit ini ke manusia contohnya ayam, bebek, anjing, kucing, burung dan kuda juga reptil seperti kadal, ular, dan ToksoplasmosisToxoplasma gondii adalah protozoa yang paling sering menginfeksi kucing, tetapi juga dapat ditemukan pada hewan berdarah panas lainnya. Manusia dapat tertular bakteri ini melalui kontak dengan kotoran kucing, atau dengan memakan daging setengah matang atau sayuran yang tidak dicerna, T. gondii dapat menyerang jaringan otak dan otot, dan berada di dalam kista yang tahan terhadap serangan sistem kekebalan tubuh. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya melalui plasenta dan dapat menciptakan komplikasi yang KurapKurap merupakan infeksi jamur yang membentuk ruam seperti cincin pada kulit atau botak di kulit kepala. Hal ini ditularkan dengan mudah dari hewan peliharaan kepada orang-orang, dan dari orang ke orang akibat kontak langsung dengan hewan yang Infeksi cacing gelangCacing gelang disebarkan oleh kotoran hewan peliharaan dalam bentuk telur ookista yang dapat bertahan hidup dalam tanah selama bertahun-tahun. Jika manusia tidak sengaja makan ookista, cacing kecil akan menetas dalam usus dan bergerak ke seluruh tubuhLarva juga dapat langsung masuk melalui kulit. Gejala infeksi cacing gelang adalah meliputi demam, batuk, asma, atau pneumonia. Sayangnya, cacing gelang juga dapat masuk ke mata dan menyebabkan kebutaan akibat penyakit toxocariasis Infeksi cacing pitaKebanyakan manusia yang menderita infeksi cacing pita adalah karena makan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama daging babi dan daging sapi. Cacing pita dari kucing dan anjing peliharaan juga dapat menyebabkan infeksi jika tidak sengaja menelan kutu yang terinfeksi larva cacing usus manusia, larva tersebut akan berkembang menjadi cacing pita dewasa. Sebuah cacing pita dapat tumbuh lebih dari 12 kaki dan dapat hidup selama bertahun-tahun dalam tubuh Infeksi cacing tambangCacing tambang adalah parasit usus yang biasanya ditemukan pada anjing dan kucing. Telur atau larva cacing tambang dapat ditularkan oleh hewan peliharaan melalui tinja. Manusia dapat terinfeksi jika melakukan kontak langsung dengan tinja hewan yang terinfeksi ketika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang cacing tambang dapat menyebabkan infeksi kulit yang menyakitkan dan gatal atau gejala sakit perut. ir/ir . 427 374 433 193 156 68 499 434

apa akibat penyakit paralisa pada hewan